3 Tips Mapan Finansial Bagi Anak Muda

Posted on Juni 9, 2012. Filed under: info berita | Tag:, , , , , |

Hendri Hartopo, motivator keuangan sekaligus penulis buku “Beruntung Jadi Karyawan”, kerap menjadi konsultan atau narasumber dalam sebuah acara Financial Clinic.

Pernah menjelaskan 3 tips finansial yang ditujukan bagi generasi muda pada penulis saat rilis acara Avrist Purple Movement, (3/12) silam.

Sebelum sampai tahapan tersebut, Hendri menjabarkan tentang kebiasaan anak muda yang besar pasak daripada tiang. “Jika anak muda tersebut sudah bekerja, sebaiknya jangan pernah mengeluh tentang gaji yang kecil karena berapa uang yang kita terima tiap bulannya mencerminkan tingkat produktivitas kerja kita. Kalau merasa kurang harus meningkatkan kinerja sehingga bisa lebih produktif, sampai pendapatan bertambah sendiri, mulai Rp 500 ribu, 700 ribu, 1 juta sampai keatasnya lagi,” ujar Hendri.

Pada dasarnya, berapapun level finansial yang dipunya, semua tergantung output yang kita berikan.

“Sekarang, saya berikan salah satu tanda keuangan tidak sehat yakni mereka tidak mampu mengelola keuangannya sendiri. Artnya kalau kita merasa kurang, bagaimana caranya biar bisa lebih, jadi jangan cuma mengeluh saja. Sebaliknya, tanda keuangan sehat jika seseorang bisa menabung. Kedengarannya sepele, tapi saat melakukannya, secara tidak langsung menjadikan kita orang yang lebih produktif dibanding harus menderita karena memilih hidup untuk menjadi konsumtif,” tandasnya.

Selanjutnya, menginjak 3 tips yang telah disinggung sebelumnya. Sebagai anak muda, pertama, harus berani bertanggung jawab terhadap kesejahteraan diri sendiri.

“Itu karena, kesejahteraan tidak bisa bergantung atau dituntut kepada perusahaan, pemerintah atau sejenisnya, semuanya berpulang kepada kualitas sumber daya manusia yang menjalani,” ujar Hendri.

Kedua, mereka harus berani bekerja lebih banyak.

“Jangan takut untuk bekerja lebih banyak dan jangan bilang begini, ah gaji saya hanya Rp 1 jutaan, ngapain harus ngoyo bekerja. Padahal, tanpa disadari, di saat kita bekerja lebih banyak orang tersebut makin pintar, ‘nilai’ kita tinggi. Seumpama mentok dan harus keluar dari pekerjaan yang lama, saat pindah ketempat lain, kita masih punya kepandaian yang di dapat dari tempat sebelumnya, so, tidak ada ruginya,” imbuhnya.

Dengan ‘kepandaian’ serta pengalaman yang didapatkan dari dunia kerja, disaat telah belajar jadi karyawan dan ingin menginjak dunia enterpreneurship (wiraswasta), mereka tidak kaget dengan dinamika yang ada.

“Saya lihat, kok lebih rasional, kalau kita belajar dulu sebagai karyawan, karena dari situ kita diajarkan untuk tidak bersikap instan sehingga bisa tahu proses atau detil pekerjaan yang ditekuni. Karena, untuk jadi kaya, budaya instan sangat merusak dan tidak cocok untuk diterapkan,” tambahnya.

Tips terakhir, cukup luas maknanya yakni bekerja untuk negara. “Apapun yang kita kerjakan untuk negara, manfaatnya akan dirasakan anak cucu kita. Cara berpikirnya, kita bekerja untuk bersaing dengan negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, China. Kenapa, mereka kerja 48 jam seminggu sedangkan kita cuma 40 jam seminggu. bagaimana kita bisa menang melawan mereka,” pungkasnya.

Pada dasarnya, apapun yang kita kerjakan, mendatangkan nilai bagi diri sendiri dan terus berusaha untuk meraih apa yang diinginkan sembari terus membuka mata terhadap wawasan atau pandangan baru yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilakoni.

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...