Batik Surabaya sudah punah

Posted on Juni 7, 2012. Filed under: info berita | Tag:, , , |

Salah satu nominator She Can Award yang digagas PT Tupperware Indonesia. Salah satu program yang mengapresiasi kegiatan wanita Indonesia yang membawa pengaruh positif pada lingkungan sekitar, dari Surabaya.

Lulut Sri Yuliani (46) sempat melontarkan ucapan kepada penulis, “Batik Surabaya sudah punah”.

Jadi penasaran, memang Surabaya punya motif batik seperti apa dan dimana?

“Dulu memang ada di daerah Pecindilan. Namun ketika kita telusuri sudah tidak ada bekasnya, jadi sampai sekarang tidak tahu motifnya apa dan bagaimana hasilnya,” paparnya.

Lulut, dikenal sebagai penggerak batik mangrove di daerah Rungkut. Ia berdayakan halaman rumah bagi perempuan sekitar tempat tinggalnya untuk belajar membatik.

“Namanya Griya Karya Tiara Kusuma, berawal dari teras rumah tapi kita di sana bisa berkarya dengan batik, tidak hanya di Surabaya, Indonesia bahkan sudah beredar di luar negeri,” ungkapnya.

Tahun 2007, pekerjaan guru dan kepala sekolah SMA-SMK Panglima Sudirman, JL Nginden Surabaya. ditanggalkan untuk fokus pada batik. Setelah keluar kerja, sejumlah tetangga bahkan sempat mencemooh dapat dana dari mana untuk membiayai kegiatannya tersebut.

“Saya sampai jual 2 rumah serta 2 mobil untuk mendanai kegiatan membatik warga sekitar. Sekarang saya sering diundang jadi pembicara untuk menjelaskan bagaimana membuat batik bermodalkan ragi tape dan mangrove. Nah, uang hasil jadi pembicara saya kumpulkan untuk operasional membatik,” paparnya.

Cobaan datang silih berganti, soal dana sudah teratasi, Lulut pernah tidak bisa berjalan karena penyakit kelainan pembuluh darah dan baru 2 tahun bisa berjalan lagi.

“Hati rasanya hancur, dokter bilang penyakit bawaan, kenapa ketika dewasa dan sibuk dengan batik, penyakit ini muncul, hampir tiap bulan pembuluh darah ini terasa sakit, susah beraktivitas,” kenangnya.

Karena perjuangannya, tidak hanya kondang di Tanah Air, nama Lulut dikenal sebagai ‘maskot batik’ Kampung Kedung Baruk sekaligus menjadi tempat pelatihan batik perempuan ASEAN.

“Saya punya kelompok namanya Batik Seru, kepanjangannya Batik Mangrove Rungkut Surabaya. Tiap RT di Kelurahan Kedung Baruk, kita ambil 5 orang. Tidak hanya itu, kita ajak juga anak putus sekolah serta tidak mampu untuk kita berikan kegiatan esktra membatik dengan sistem job kerja. Sekolah tidak perlu bayar kita yang mendanai, hasil kerja mereka kita yang bayar,” tandasnya.

Rencananya tahun depan, Lulut bersama kelompoknya akan membebaskan sebuah rumah seharga Rp 700 juta untuk menjadi tempat yang lebih layak sebagai training centre membatik level ASEAN.

Read Full Post | Make a Comment ( None so far )

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...